Thursday, February 14, 2013

Tetap Aku, Rumah Itu.

Pundakku berat terbebankan pekat. Pekatnya dekapan hangat yang lama tersingkap jarak. Waktu, kapan kau ringankan bebanku?

Biar kepalanya bersandar di pundak lain, asal hangat yang terasa adalah dekapan pelukku.

Tak peduli jari tangannya tergenggam erat oleh tangan lain, asal nyaman yang terasa adalah belaian jariku di jumput-jumput rambutnya.

Terserah ia terpaku di rengkuhan lengan siapa, asal wanginya tubuhku yang ia rasakan.

Takkan habis kata, jika kamu yang kutulis.

Jakarta, 14 Februari 2013. 10:57 malam.
Di-tweet pada 8:27 pagi.

Tuesday, February 12, 2013

Aksara untuk Senja

Senja...
Kutitipkan padamu ia yang berpulang.
Hantarkan ia pada sang Maha Cinta.
Baringkan ia pada abadi.

Senja... kutitipkan padamu.
Ia yang membahagiakan orang tuanya dengan kelahirannya.
Ia yang membahagiakanku dengan cintanya.

Senja... kutitipkan padamu.
Ia yang sinar parasnya rupawan sepertimu.
Ia yang mampu membekukan waktu dengan lengkungan bibir tipisnya.

Senja... kutitipkan padamu.
Ia yang manis.
Ia yang cintanya takkan lekang di hati,
walaupun raganya telah direngkuh oleh bumi.

Senja... kutitipkan padamu.
Ia yang menjadi sebab ku terlahir.
Ia yang menjadi sebab ku tetap tegak.
Ia yang menjadi sebab ku tersenyum.

Senja...
Kutitipkan padamu ia yang berpulang.
Suratkan tiap baris sajak ini pada sang Maha Cinta dan juga dirinya.
Aku merindu.

Senja...
Kutitipkan padamu ia yang berpulang.
Hantarkan ia pada sang Maha Cinta. Baringkan ia pada abadi.
Terima kasih.

Jakarta, 12 Februari 2013. 7:48 Malam.

Sunday, February 10, 2013

Kopi Kita. Kita Menua.

Tak ada yang lebih manis dari aroma kopi yang tertinggal di setiap tutur katamu saat kau merengkuh tubuhku.

Tak ada yang lebih manis dari tawamu yang terbayang dari permukaan kopi hangatmu di meja tempat kita terakhir bertemu.

Tak ada yang lebih manis dari bibirmu yang basah oleh sesapan kopimu yg terakhir saat kau merasa nyaman berbicara masa depan denganku.

Aku hanyalah kata. Kita menjadi kalimat.
Aku hanyalah separuh. Kita menjadi utuh.
Aku hanyalah cinta. Kita menjadi cerita.

Kitalah cerita di antara bumbungan uap kopi hangat di meja bundar, saat gigi telah tanggal, saat keriput merajai kulit. Tapi kita tetap tertawa... :)

Jakarta, 10 Februari 2013. 1:10 Pagi.

Hanya Penggalan Bait

Mungkin kumpulan kisah kita adalah buku yang ditakdirkan Tuhan untuk tak pernah habis dibaca umat manusia.

Kita adalah buku yang Tuhan ciptakan untuk bahan bacaan anak-cucu kita nanti :')

Lembaran halaman yang kita beri goresan aksara dengan pena peristiwa kita semoga menjadi buku yang menginspirasi mereka.

Hey, aku masih mencintai segalamu dari baris awal sajak pertamaku, hingga akhir baris sajak yang sedang kubuat ini untukmu.

Aku bisa bernyanyi. Tapi, aku lebih suka menuliskan bait demi bait puisi di balik kertas papermu, sebagai pengulas senyummu. :)

Yang cinta kan kita. Orang lain bisa apa? :)

Jakarta, 10 Februari 2013. 1:01 Pagi.

Saturday, February 9, 2013

Tegarnya Lara

Semoga ia selalu merengkuhmu.
Walau tak sehangat genggamanku.
Semoga senyummu tak lagi hilang.
Walaupun sesekali air matamu jatuh.

Meski kita telah usai.
Meski rasa belum berakhir.
Meski hati kian remuk.
Meski hati tetap patah.
Baik-baiklah disana..

Jangan lagi lengkapi laramu.
Cukuplah kesedihan itu.
Jangan lagi tertarik oleh kenangan.
Cukuplah air mata itu.
Jangan lagi tatap mataku.
Cukuplah cinta itu.

Karena kau harus..
Baik-baik disana..
Baik-baik dengannya..
Baik-baik cintaku..

Aku mencintaimu..

Jakarta, 9 Februari 2013. 10:05 pagi.