Tak ada yang lebih manis dari aroma kopi yang tertinggal di setiap tutur katamu saat kau merengkuh tubuhku.
Tak ada yang lebih manis dari tawamu yang terbayang dari permukaan kopi hangatmu di meja tempat kita terakhir bertemu.
Tak ada yang lebih manis dari bibirmu yang basah oleh sesapan kopimu yg terakhir saat kau merasa nyaman berbicara masa depan denganku.
Aku hanyalah kata. Kita menjadi kalimat.
Aku hanyalah separuh. Kita menjadi utuh.
Aku hanyalah cinta. Kita menjadi cerita.
Kitalah cerita di antara bumbungan uap kopi hangat di meja bundar, saat gigi telah tanggal, saat keriput merajai kulit. Tapi kita tetap tertawa... :)
Jakarta, 10 Februari 2013. 1:10 Pagi.
Pemilihan kata yang sederhana dikupas jadi sederhana tentang kesederhanaan di dalam cangkir kopi hingga tua renta. Akhh suka :D
ReplyDeleteMaaciw yah kakak. Maaf aku belum sempet mampir secara total di blogmu. Padahal pengen banget, biar terpampang nyata cetar membahana karya-karyamu menginspirasi tulisanku. *apalah* *abaikan*
ReplyDelete