Tuesday, August 20, 2013

[Dialog Drama] Sebuah Jawaban

"Kenapa harus menyerah?"
"Karena berulang kali kita mencoba bertahan selalu gagal..."

"Apa memang harus selesai?"
"Sekalipun kita lanjutkan pun tak akan baik... setidaknya tak pernah baik..."

"Tapi menyerah bukanlah jawaban"
"Bertahan pun bukan jawaban yang tepat"

"Kamu yakin kita selesai?"
"Seyakin kamu saat membuat air mataku jatuh..."

"Aku terlanjur nyaman sama kamu"
"Terkadang terlalu nyaman adalah alasan untuk bersikap seenaknya"

"Berpisah cuma bikin kita sakit"
"Apa bedanya jika kebersamaan kita pun selalu saling menyakiti?"

"Maafin aku"
"Tetes air mataku yang jatuh jumlahnya lebih banyak dibanding permohonan maafmu"

"Jangan tinggalin aku"
"Kamu yang membiarkan aku pergi"

"Tolong jangan pergi"
"Beri aku alasan untuk bertahan sekali lagi"

"Aku cinta sama kamu"
"Apakah selalu membuatku menangis adalah apa yang kamu sebut cinta?"

"Aku janji akan berubah"
"Ingat tidak sudah berapa janji yang kamu ingkari?"

"Aku masih butuh kamu"
"Aku pun butuh kasih sayang, bukan malah dibuat menangis terus..."

"Aku mohon"
"Jangan memohon, aku bukan siapa-siapa"

"Sekali lagi, maafin aku"
"Kita selesai..."

Jika menyerah bukanlah jawaban, dan bertahan pun bukanlah jawaban yang tepat, ikuti kata hatimu...

Saturday, August 3, 2013

Won a quiz!



Good morning!I won a quiz and got such a very sweet and lovely gift. Yes, I got "Sole Mate" book! Yaaay! This book is a "Kumcer" about shoes, love, and things around. My friend @riesna_ is one of the writer. I love this book. 3

Thursday, August 1, 2013

Saya

Saya sudah terlalu ingat pada apa-apa yang harusnya dilupakan

Saya adalah apa-apa yang seharusnya masih kamu genggam, bukan hanya diingat

Saya adalah sebuah lupa yang masih ingin berdiam di ladang kepalamu

Saya adalah separuh kamu yang terbantahkan
Baik oleh kamu, maupun takdir

Saya adalah sebuah ada yang kamu tiadakan

Jakarta, 1 Agustus 2013
Pukul 1.30 pagi

Tuesday, July 23, 2013

[Resep Masakan] Ayam Goreng Tradisional

Udah lama banget gue nggak posting tentang resep masakan atau semacamnya. Nah, sekarang gue mau coba sharing lagi. Kali ini gue mau share resep "Ayam Goreng Tradisional". Mungkin kalo lo googling resep masakan ini udah banyak lah yang ngeshare, dan sebagian besar hampir sama resepnya. Tapi kalo ala gue ada tambahan sedikit bumbu biar lebih gurih. Let's check it out.

Yang pertama, pastikan lo sehat. Kalo nggak sehat, lemes, gimana mau masak? Ye kan?
Oke, yang kedua siapin bahan-bahannya dulu.

Bahan-bahan :
- Setengah ekor ayam segar nan montok (jangan ayam kampus ya)
- 4 siung bawang putih
- garam
- penyedap
- Tumbar Miri Jahe (ketumbar, kemiri, jahe) secukupnya *hedehh* *dangdut*
- kunyit
- lengkuas
- 2 lbr daun salam
- 1 batang sereh (digeprek)
- satu lagi, 2 lbr daun jeruk. (Bagi gue ini perlu, biar ayamnya wangi dan seger)
- air secukupnya

Cara memasak :
1. Haluskan bumbu-bumbu kecuali salam, sereh, dan daun jeruk. (Kalo gue sih lebih suka ngulek ketimbang blender, rasanya lebih enak. Nguleknya jangan terlalu halus biar ada remah-remahannya nanti)
2. Tumis bumbu halus bersama salam, sereh, dan daun jeruk.
3. Setelah tumisan bumbu harum, masukan potongan ayam.
4. Tambahkan air perlahan dan sedikit-sedikit lalu aduk. Ulangi terus.
5. Ungkep sampai air habis.
6. Setelah diungkep, goreng ayam hingga kecoklatan
7. Siap disajikan.

NB : bumbu-bumbu di atas yang nggak tertulis jumlahnya, pakai takaran kira-kira. Hehehe.

Gue masak ayamnya udah dari kemaren sebenernya. Cuma baru kepikiran posting ya sekarang ini. Udah segitu aja dulu. Mohon maaf kalau agak susah dimengerti. ^^

Monday, July 22, 2013

Manis Setengah Pekat

Untuk @penagenic,

Aku selalu terkagum membaca barisan aksaramu
Betapa cantik rindumu yang rebah dalam kata-kata
Pun jua kalut mampu kau selimuti dengan huruf-huruf kemayu

Sudah berapa kali senja tanpa temu yang kita lewati di bulan yang suci ini?
Sudah berapa kali kita berbuka puasa dengan sepi di meja makan masing-masing?
Hanya berakhir dengan perhatian yang terbagi...
Antara pertemuan aksara yang virtual di layar kecil dan makanan berbuka yang baru seperempat habis

Disini...
Teh manis yang setengah pekat selalu kusediakan dua cangkir di meja
Kolak pisang kesukaan yang juga setengah pekat pun selalu ada dalam dua mangkuk sedang
Barangkali tiba-tiba ada ketukan di pintu rumah yang berasal dari tanganmu

Disini...
Hanya kasur dingin itu saja yang kubiarkan teracak
Membiarkan cerita-cerita rindu bekas semalam dan malam-malam sebelumnya tergeletak
Pun kupikir untuk apa kurapikan kasur itu jika hanya aku sendiri yang membuatnya tak keruan, bukan kita?

Aku terlalu rapuh untuk bertele-tele sedangkan rindu-rindu hanyut ini serasa tak kuat lagi dibendung.

Tertanda @fika_hamzah, yang sedang sangat susah mewaraskan pikiran yang gila karenamu

Jakarta, 22 Juli 2013
Pukul 4.33 sore.

Saturday, July 20, 2013

Hampiri Aku

Untuk @penagenic...

Hai dirimu...
Senja mendahuluiku pergi saat menulis puisi ini
Maafkan aku atas keterlambatan yang sia-sia ini
Jika puisi ini tidak sampai, aku bisa apa lagi?
Selain merindukanmu, aku susah mengingat hal lain

Kamu tahu? Aku keranjingan puisi darimu
Semalaman ini saja aku kehabisan waktu, mengurai untaian aksaramu
Hingga bulan habis cahaya
Walaupun hati masih menolak pagi

Semakin berulang ku membaca,
Semakin berulang ku tersipu
Semakin mahir aku menghitung jarak,
Semakin bodoh aku mempertahankan bendungan rindu

Penagenic,
Hampiri aku segera, sebelum dingin bertemu tulang
Hampiri aku segera, sebelum sepi bertemu keputus-asaan
Hampiri aku segera, sebelum puisi-puisi ini hilang arti

Tertanda, @fika_hamzah

Jakarta, 20 Juli 2013
Pukul 6.47 malam

Thursday, July 18, 2013

Menimang Rindu

Untuk @penagenic...

Hai, dirimu.
Kemarin sore senja mengetuk pintu mayaku
Ia membawa sebuah puisi yang dibungkus semburat senja hampir ungu
Puisi yang di dalamnya tertera namamu
Sejak kapan kamu mahir berteman dengan senja hingga ia mau mengantar puisimu?

Baiklah, aku terhanyut oleh puisi darimu yang candu
Kuharap kita seperti helai-helai rambut,
walaupun rapuh namun selalu menyatu
Meskipun mengerling sekejap padamu saja aku malu
Kuharap kita sedekat jari jemari, tegap berdiri dan bisa saling beriring
Meskipun dipeluk aksara-aksara indahmu saja sudah cukup membuat pikiranku menari

Candu macam apa yang kau benamkan di kepalaku?
Hingga rindu menjelma persis kerikil tajam yang terinjak kaki
Hingga imaji akanmu menjelma persis anggur yang memabukkan
Hingga toleransi penantianku seakan sebegitu sedikit

Penagenic,
Walau raga kita berjeda,
aku tahu hati sedekat nada di daun telinga
Walau tatapan mata tak bertemu,
aku tahu tatapan mata hati kita bercumbu
Jikalau aku tak lagi mampu, baiknya kita akhiri rindu yang berkecamuk

Tertanda, @fika_hamzah

Jakarta, 18 Juli 2013
Pukul 2:48 siang

Tuesday, July 16, 2013

Detik Masa

Untuk @penagenic

Hai, dirimu.
Ada kabar baik apa dalam hidupmu?
Pun kabar buruk apa yang menorehkan luka padamu?
Ceritakan padaku semaumu.
Namun izinkan aku beraksara dulu.

Aku teringat...
Kita pernah punya cerita di balik terik, ketika menyusuri setapak rumput penuh duri namun tak terasa perih.
Kita pernah punya cerita di balik jingga, ketika menyaksikan senja di bibir pantai yang rapuh namun selalu teduh.
Kita pun punya cerita di balik malam pekat, ketika di pinggir trotoar bergandengan tangan pun terasa surga.

Asal kamu tahu,
Aku masih punya persediaan detik masa.
Detik masa untuk perjumpaan kita yang tak lagi semu.
Detik masa untuk mengulang lagi semua itu.
Aku masih menunggu...

Tertanda, @fika_hamzah

Jakarta.
Selasa, pukul 12.21 siang.

Friday, May 10, 2013

[Flash Fiction] Aku Jatuh Cinta Lagi

Setiap hari perasaanku terhadap Andra semakin besar. Aku pun merasakan perasaan yang sama saat aku  menatap matanya. Aku tahu ia pun memendam rasa yang sama padaku. Kami bahkan sudah tinggal satu kamar. Ia memang tak pernah bilang cinta, tapi dia selalu memeluk tubuhku dengan lembut setiap kami bertemu. Bahkan ia pun mencumbuku dengan manja, menggeluti tubuhku penuh gelora, hingga pagi menjelang. Namun aku sedang kesal padanya karena sudah beberapa hari ia tak pulang, mungkin menginap di rumah temannya atau apalah. Aku tak mau tahu.

Pada suatu siang, aku tetap menunggu Andra di kamarnya walau aku tak tahu kapan ia pulang. Aku sangat merindukannya. Saat pintu kamar terbuka, aku sangat bahagia melihat wajah Andra yang berbinar. Namun, ia membawa makhluk tampan yang membuatku terpana dan... ia tersenyum padaku! Ketampanannya melebihi siapapun. Sesaat aku berpikir... mungkin aku jatuh cinta lagi.

"Ah akhirnya kebeli juga nih guling baru.", ujar Andra.

Tak disangka, ternyata Andra meletakkan makhluk tampan itu di samping tubuh gempalku yang empuk dan  berbentuk kotak. Lalu ia membiarkan kami duduk berdua di pojok kasur. Kami pun sama-sama tersipu.



Jakarta, 10 Mei 2013
12:20 Siang

Tuesday, April 16, 2013

[Flash Fiction] Avatar Itu...

Usai pulang kuliah siang itu, aku mengecek akun twitterku untuk melihat-lihat isi linimasa yang selalu lebih update dibanding infotainment ataupun program berita. Kali ini ada yang sedang hangat, yaitu akun yang sepertinya punya seorang wanita jika dilihat dari avatarnya yang vulgar itu. Akun-akun yang aku ikuti pun dengan semangat me-mention akun berpengikut ribuan itu.

Sebagai seorang lelaki, wajar saja jika aku tertarik untuk stalking akun tersebut. Akun dengan isi twit yang sama seronoknya dengan avatarnya. Setelah menimbang-nimbang kuputuskan untuk ikut me-mention-nya. Tapi ada perasaan yang tidak enak saat itu. Aku merasa haus. Aku segera menuju dapur untuk mengambil minum. Tercium aroma harum ayam goreng yang sedang dimasak oleh ibuku. Samar-samar kudengar HP ibuku di atas meja makan berbunyi sesekali.

"Ga ditengok bu HP-nya?" Tanyaku singkat sambil meneguk air putih.
"Biarin aja, Di. Palingan notif sms." Jawab ibuku cuek sambil terus mengaduk masakannya.

Ibuku tak seperti biasanya yang langsung respon jika ada sms ataupun telpon masuk. Tapi tak kuhiraukan. Lalu, ku-mention avatar berbelahan dada itu. Tiba-tiba HP ibu berbunyi. Aku merasa aneh.

Kucoba mention akun itu lagi. HP ibuku berbunyi lagi.

Penasaran, kutengok HP ibuku yang masih menyala. Terlihat aplikasi twitter yang sedang terbuka dan avatar berbelahan dada itu...

Based on Fiksi Mini :
@fika_hamzah : AVATAR ITU - Kumention akun beravatar belahan dada itu. Hp ibu tiba-tiba berbunyi.

Thursday, April 4, 2013

Gathering #KopdarAsik (Part 1)

Hae~ setelah sekian lama cuma posting tentang lukisan aksara, kali ini gue mau posting tentang acara yang KECE BADAI, CETAR MEMBAHANA, TERPAMPANG NYATA DAN MENGGOYANG KHATULISTIWA! Oke sip. Ini lebay.

Yak serius. Jadi gini loh... sebenernya gue mau jujur bahwa gue itu lagi laper banget tapi mager mau ke dapur. Trus aku kudu piye? :(

FIK BISA SERIUS DIKIT GAK? Oke oke... Serius ya? Iya.

Jadi gini, sebenernya sih bukan porsi gue ya untuk menceritakan behind the scene soal ini karena gue bukan kordinator acaranya. Tapi gpp lah ya orang gue kepengen kok. Masalah banget emang buat lo? (Iyain aja udah biar cepet).

Iya iya. Oke, pada awal bulan Maret itu anak-anak Twitter khususnya yang punya akun @_tikakarlina,  @pice_, dan @chitajelitas_ merencanakan suatu meet 'n' greet atau gathering atau di Indonesia biasa disebut kopi darat. Kalo kata selebtwit mah "Kumpul Hore" (ada hesteknya juga tuh, coba aja search #KumpulHore). Tapi berhubung kita mah gak mau lah ya ikut-ikutan selebtwit atau malah sok selebtwit gitu, jadi nama acaranya kita bedain menjadi KOPDAR ASIK (ada juga kok hesteknya di #KopdarAsik, search ya! Harus!)

Acara #KopdarAsik ini tujuannya adalah kopi darat anak-anak twitter untuk menjalin silaturahmi bukan hanya di dunia maya tapi juga di dunia nyata. Jadi biar tahu juga yang selama ini mensen-mensenan di twitter itu beneran orang apa bukan sik? Ya kan gak lucu aja gitu udah mensen-mensenan, abis kopdar belakangan baru tau bahwa ternyata yang punya akun ternyata bukan manusia. HIHIHIHI! --"
Ya itu tujuan aslinya loh ya. Gak tau deh kalo tujuan terselubung para pesertanya apa aja. Bisa aja ada yang niat buat ajang cari jodoh, ajang tepe-tepe, ajang modus dan sepik, ajang cuci mata walaupun udah punya kekasih (Fik, jangan buka kartu sendiri Fik), ajang gagal diet (ini kata Pice). Ya semacam itu lah pokoknya.

Nah, udah dapet lah ya konsep acaranya dan juga tujuannya, yang asli maupun yang terselubung. Tinggal nentuin waktu dan tempat. Berdasarkan musyawarah para kordinator acara dan juga persetujuan presiden, sudah tetaplah keputusan itu. Dan beruntunglah suatu hari yang bernama Minggu dan juga tanggal yang bernama 31 Maret 2013 sebagai hari dimana Kopdar Asik ini direncanakan untuk diselenggarakan.

Untuk tempatnya? Hmm kalo buah yang warnanya merah bentuk hati berbintik-bintik gitu, rasanya asem, trus biasa dijual sama mamang-mamang di Puncak itu namanya apa coba?
YAK BETUL! Strawberry. Nah ini uangnya ya, kamu masuk acara Ga Nyangka. Tuh kameranya tuh! Dadah dulu dong!

Bhahahahahahk. Oke abaikan. Serius lagi yuk ah.

Untuk tempatnya  ya emang ada hubungannya sama strawberry. Tapi jangan ngebayangin kalo kita gathering di perkebunan stroberi sambil pake penutup kepala trus kegiatannya nyabutin stroberi dari pohonnya bareng-bareng gitu ya. Macem rekreasi keluarga aja --"
Jangan juga lo ngebayangin kita gathering di dalam sebuah stroberi raksasa. Pokoknya jangan. --"

Jadi kita gathering di sebuah cafe di bilangan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, yang bernama Strawberry Cafe. Uhyeah ~~~\o/
Cafe ini gausah dijelasin lagi lah ya, udah jelas reputasinya. Di TV juga sering dibahas. Kalo lo ga pernah tau googling sono! Jangan males! Manja amat.

Sudah fix nih, waktu dan tempat. Tinggal personel-nya aja nih yang harus didata, siapa aja yang kira-kira bisa ikut. Berhubung ini acaranya bebas siapa aja boleh dateng, jadi kalo yang mau dateng harus ngubungin panitia dulu untuk didata. Ga cuma kalangan yang aktif ngetwit, yang aktif zikir juga boleh kok dateng. Bebas aja, fleksibel. Asal ngubungin panitia. Karena ini semua ada hubungannya sama reservasi tempat disananya. Makanya jangan sampe lo gak ngubungin panitia ya kalo mau dateng.
Coba misal di data panitia ada sekitar 20 orang doang yang bakal dateng. Eh taunya pas hari H ada pembengkakan jadi 40 orang yang dateng (20-nya gak daftar sama panitia). Padahal reservasinya cuma 20 orang doang. Iya kalo kafenya siap nerima kemungkinan kayak gitu, lah kalo nggak? Bisa bayangin gak gimana chaos-nya acara kalo kayak gitu? Gitu loh ndro maksudnya...

Sudah fix, waktu tempat dan data diri yang mau dateng, juga reservasi ke kafenya. Berarti tinggal tunggu hari H. Nah mau tahu gimana cerita serunya hari H #KopdarAsik di Strawberry Cafe itu beserta penampakannya? Tunggu postingan gue selanjutnya ya! (--,)

Salam asyik asyik! Uhyeah!

Saturday, March 23, 2013

Pertunjukan Duka


Ada perempuan muda yang berdiri diam

Menggenggam secangkir kopi yang masih hangat

Kosong tatapannya ke luar jendela 

Ada pertunjukan pilu tentang kenangan di luar sana


Pertunjukan itu masih berlanjut

Alam melagu mengiringi lara yang terkandung

Semesta memeluk para pemeran yang terseok layu

Semesta pun menangis, meneteskan bulir duka


Perempuan muda masih berdiri diam

Cangkir kopinya masih penuh dan sudah membeku

Tatapannya tak lagi kosong di balik jendela

Basah matanya berbahasa mengatakan cinta…

Yang belum selesai…



Jakarta
Sabtu, 23 Maret 2013
8:50 Pagi

Thursday, March 21, 2013

Wacana

Harusnya sapa. Bukan acuh.
Harusnya tawa. Bukan senyum palsu.
Harusnya sepasang. Bukan tunggal.
Harusnya hangat. Bukan beku.
Harusnya dekat. Bukan jauh.
Harusnya bersama. Bukan terberai.
Harusnya masih. Bukan sudah.
Harusnya cinta. Bukan lara.
              
Jakarta, 21 Maret 2013
8:58 Pagi

Wednesday, March 20, 2013

Pulang

Aku menutup pintu mobil dengan meninggalkan supirku di dalamnya. Suara ramai mulai memenuhi telinga saat ku melangkahkan kaki memasuki bangunan tua itu. Siang itu, hawa panas dan lembap dari tempat itu merebak membelai kulit tubuhku seiring semakin jauh langkah kaki ini menembus hiruk pikuk di dalamnya. Sesuatu yang sangat tidak nyaman, memang. Tetapi entah kenapa tidak membuatku kapok untuk datang kesana. Suara-suara khas berisi pemberitahuan tentang keberangkatan dari pembesar suara di setiap sudut bangunan mulai membahana, Terdengar beberapa potong kalimat dengan berbagai dialek di sepanjang koridor yang aku lewati. Ada dialek Sunda, ada dialek Jawa, dan sisanya dialek dari bagian lain pelosok negeri. Terlihat pula deretan bangku-bangku yang terhampar di peron yang selalu penuh, tempat mereka menunggu kereta datang. Atau bisa jadi tempat mereka merenung sebelum meninggalkan yang terkasih disini.

        Bangunan itu disebut stasiun. Bangunan tempat singgah kereta-kereta untuk kemudian pergi lagi. Seperti suami yang pulang sebentar dari rantauan untuk kemudian pergi lagi mencari nafkah di tanah sebrang. Bangunan tempat dimana rindu dari orang yang lama terpisah jauh terlepaskan. Sekaligus bangunan dimana air mata seorang perempuan menetes seiring langkah kekasihnya memasuki pintu gerbong kereta. Bangunan yang menyimpan banyak ceritanya sendiri. Bangunan tempat menunggu kedatangan seseorang.

         Seperti aku sekarang ini. 

       Setiap sebulan sekali aku datang kesana. Tempat dimana dulu aku pun melepas lelaki-ku untuk pergi ke kota lain. Demi menuntut ilmu setinggi langit. Aku yakin dia akan segera pulang. Aku yakin aku akan segera melihat sepasang sepatu warna cokelat itu melangkah turun dari pintu gerbong kereta. Sepatu yang kubelikan untuknya saat ulang tahunnya waktu itu. Aku yakin dia akan memelukku lama sebagai pelepas rindu, dan segera mengajakku pergi untuk mengantarkan ia ke rumahnya. 

       Karena dia selalu menjanjikannya. Aku masih meyakininya hingga saat ini. Walaupun sudah sekian ribu hari berlalu.

        Angin berhembus. Gaun selututku melambai-lambai. Payung berwarna beige-ku pun ikut menari-nari tertiup angin. Tiba-tiba seorang lelaki yang merupakan pegawai stasiun berusia awal 30-an menghampiriku. Ia tak sendiri. Tatapan sinis dan seolah mengolok-olokku dari mata teman-temannya di sudut tembok stasiun  ikut menemani. Aku tak suka melihatnya.

      "Mbak Nira, Mas Bayu-nya sudah pulang. Mbak Nira nggak perlu kesini lagi ya." ucapnya dengan lembut dan sopan. Aku merasa familiar dengan wajahnya. Seperti sering bertemu. Ya, mungkin karena dia bekerja disini jadi ada kemungkinan kami sering berpapasan tanpa sengaja. Namun, ada ketenangan dalam wajahnya yang membuatku nyaman.

        "Tapi siapa yang jemput dia?" tanyaku  penasaran.

     "Sudah ada yang menjemputnya, Mbak. Tenang saja." Pegawai stasiun itu tersenyum manis. Semakin menambah ketampanan parasnya. Namun, itu tak begitu penting bagiku. Bagiku yang terpenting hanyalah Bayu. Kepulangan Bayu-ku.

         "Tapi..."

         "Sudah. Suasana stasiun yang ramai ini tidak baik untuk wanita cantik seperti anda. Lebih baik anda saya antar ke mobil ya. Supir anda sudah menunggu." Seperti anak kecil, aku menurut saja tanpa berkata apapun. Dengan lembut ia menuntunku ke luar stasiun. Memegang pundakku dengan kokoh hingga sampailah pada pintu mobilku. Sebelum ia membuka pintu, aku melontarkan sebuah pertanyaan.

         "Tapi Bayu sudah pulang dengan selamat kan?"

     "Sudah, Mbak. Dia sudah tenang." Kemudian ia membukakan pintunya untukku, lalu aku masuk dan memperhatikannya dari kaca belakang mobil seiring mobil ini menjauhi stasiun.

         Pria yang baik, pikirku.

        Di setengah perjalanan air mataku menetes. Aku menangis. Di dalam jok mobil belakang itu aku menangisi sesuatu. Aku tak tahu mengapa, yang jelas perasaan duka itu membuncah keluar dari dalam dada. Aku merindukan Bayu. Aku merindukan Bayu. Bawa Bayu-ku pulang, Tuhan..

         Kemudian aku tahu bahwa Bayu tak akan pernah pulang. Bayu-ku tak akan pernah pulang lagi kepadaku. 

          Sebulan kemudian...

      Aku menutup pintu mobil dengan meninggalkan supirku di dalamnya. Aku berjalan kembali memasuki stasiun itu. Suara ramai khas stasiun kembali memenuhi telingaku. Aku menunggu Bayu-ku pulang. Pulang dengan senyumannya. Pulang dengan pelukan hangat yang melingkari tubuhku. 

      Tiba-tiba seorang lelaki dengan seragam pegawai stasiun datang menghampiriku. Lelaki dengan wajah familiar itu.

       "Mbak Nira, Mas Bayu-nya sudah pulang. Mbak Nira nggak perlu kesini lagi ya." ucapnya dengan nada lembut dan sopan.

           Pria yang baik, pikirku.




       Ditulis di Jakarta, Rabu pukul 2:09.                                                                         

Thursday, February 14, 2013

Tetap Aku, Rumah Itu.

Pundakku berat terbebankan pekat. Pekatnya dekapan hangat yang lama tersingkap jarak. Waktu, kapan kau ringankan bebanku?

Biar kepalanya bersandar di pundak lain, asal hangat yang terasa adalah dekapan pelukku.

Tak peduli jari tangannya tergenggam erat oleh tangan lain, asal nyaman yang terasa adalah belaian jariku di jumput-jumput rambutnya.

Terserah ia terpaku di rengkuhan lengan siapa, asal wanginya tubuhku yang ia rasakan.

Takkan habis kata, jika kamu yang kutulis.

Jakarta, 14 Februari 2013. 10:57 malam.
Di-tweet pada 8:27 pagi.

Tuesday, February 12, 2013

Aksara untuk Senja

Senja...
Kutitipkan padamu ia yang berpulang.
Hantarkan ia pada sang Maha Cinta.
Baringkan ia pada abadi.

Senja... kutitipkan padamu.
Ia yang membahagiakan orang tuanya dengan kelahirannya.
Ia yang membahagiakanku dengan cintanya.

Senja... kutitipkan padamu.
Ia yang sinar parasnya rupawan sepertimu.
Ia yang mampu membekukan waktu dengan lengkungan bibir tipisnya.

Senja... kutitipkan padamu.
Ia yang manis.
Ia yang cintanya takkan lekang di hati,
walaupun raganya telah direngkuh oleh bumi.

Senja... kutitipkan padamu.
Ia yang menjadi sebab ku terlahir.
Ia yang menjadi sebab ku tetap tegak.
Ia yang menjadi sebab ku tersenyum.

Senja...
Kutitipkan padamu ia yang berpulang.
Suratkan tiap baris sajak ini pada sang Maha Cinta dan juga dirinya.
Aku merindu.

Senja...
Kutitipkan padamu ia yang berpulang.
Hantarkan ia pada sang Maha Cinta. Baringkan ia pada abadi.
Terima kasih.

Jakarta, 12 Februari 2013. 7:48 Malam.

Sunday, February 10, 2013

Kopi Kita. Kita Menua.

Tak ada yang lebih manis dari aroma kopi yang tertinggal di setiap tutur katamu saat kau merengkuh tubuhku.

Tak ada yang lebih manis dari tawamu yang terbayang dari permukaan kopi hangatmu di meja tempat kita terakhir bertemu.

Tak ada yang lebih manis dari bibirmu yang basah oleh sesapan kopimu yg terakhir saat kau merasa nyaman berbicara masa depan denganku.

Aku hanyalah kata. Kita menjadi kalimat.
Aku hanyalah separuh. Kita menjadi utuh.
Aku hanyalah cinta. Kita menjadi cerita.

Kitalah cerita di antara bumbungan uap kopi hangat di meja bundar, saat gigi telah tanggal, saat keriput merajai kulit. Tapi kita tetap tertawa... :)

Jakarta, 10 Februari 2013. 1:10 Pagi.

Hanya Penggalan Bait

Mungkin kumpulan kisah kita adalah buku yang ditakdirkan Tuhan untuk tak pernah habis dibaca umat manusia.

Kita adalah buku yang Tuhan ciptakan untuk bahan bacaan anak-cucu kita nanti :')

Lembaran halaman yang kita beri goresan aksara dengan pena peristiwa kita semoga menjadi buku yang menginspirasi mereka.

Hey, aku masih mencintai segalamu dari baris awal sajak pertamaku, hingga akhir baris sajak yang sedang kubuat ini untukmu.

Aku bisa bernyanyi. Tapi, aku lebih suka menuliskan bait demi bait puisi di balik kertas papermu, sebagai pengulas senyummu. :)

Yang cinta kan kita. Orang lain bisa apa? :)

Jakarta, 10 Februari 2013. 1:01 Pagi.

Saturday, February 9, 2013

Tegarnya Lara

Semoga ia selalu merengkuhmu.
Walau tak sehangat genggamanku.
Semoga senyummu tak lagi hilang.
Walaupun sesekali air matamu jatuh.

Meski kita telah usai.
Meski rasa belum berakhir.
Meski hati kian remuk.
Meski hati tetap patah.
Baik-baiklah disana..

Jangan lagi lengkapi laramu.
Cukuplah kesedihan itu.
Jangan lagi tertarik oleh kenangan.
Cukuplah air mata itu.
Jangan lagi tatap mataku.
Cukuplah cinta itu.

Karena kau harus..
Baik-baik disana..
Baik-baik dengannya..
Baik-baik cintaku..

Aku mencintaimu..

Jakarta, 9 Februari 2013. 10:05 pagi.